Kenapa Jemput Bola Perekaman KTP di Sekolah Jadi Penting?
timormedia.org – Pelaksanaan jemput bola perekaman e‑KTP bagi pelajar (16–17 tahun ke atas) kini jadi perhatian serius berbagai pemerintah daerah. Tujuannya jelas: memastikan semua warga negara—terutama pemilih pemula—memiliki identitas resmi sejak dini. Di masa Pemilu dan layanan publik, KTP-el jadi dokumen penting yang tidak bisa ditawar.
Misalnya, di Jakarta Selatan, perekaman dilakukan di lokasi sekolah, sehingga siswa tidak perlu izin meninggalkan kelas. Cukup membawa KK, mereka bisa merekam data biometrik dan langsung mengaktivasi identitas kependudukan digital (IKD). Ini efisien, cepat, dan minim hambatan.
Di Depok, layanan jemput bola juga digelar untuk pelajar yang hampir genap 17 tahun, agar bisa punya KTP-el dan siap jadi pemilih di Pemilu mendatang. Kepala Disdukcapil Depok menegaskan bahwa pelajar tak perlu datang ke kantor kecamatan; petugas yg datang ke sekolahnya langsung.
Contoh Daerah yang Sudah Jalankan Jemput Bola di Sekolah
1. Ciamis – SMA Negeri 1 Ciamis
Dukcapil Ciamis menyasar siswa SMA/MA/SMK yang mencapai usia wajib KTP, dan selama sesi jemput bola lebih dari 70 siswa berhasil direkam di tempat. Guru dan karyawan juga turut memanfaatkan layanan ini.
2. Purbalingga – SMA Ma’arif & SMK YPT 1
Di SMA Ma’arif Karanganyar, 65 siswa berhasil melakukan perekaman. Sedangkan di SMK YPT 1, 39 siswa terlayani. Program ini memudahkan pelajar dan mendukung partisipasi mereka dalam administrasi, terutama menjelang Pemilu 2024.
3. Jakarta Selatan – SMAN 6
Setiap minggu, petugas jemput bola dari Dukcapil Jaksel melakukan perekaman di sekolah-sekolah. Di SMAN 6, 107 pelajar melakukan perekaman lengkap (foto, sidik jari, iris mata, tanda tangan). Cakupan juga meliputi aktivasi IKD via gawai masing-masing.
4. Palangka Raya – SMAN 4
Disdukcapil Kota Palangka Raya juga rutin melakukan jemput bola—di SMAN 4 saja tercatat 42 siswa terlayani. Tujuannya menjamin identitas resmi bagi siswa dan memudahkan akses layanan publik ke depannya.
Lebih dari Sekadar Perekaman—Dampak dan Tantangan Pelaksanaannya
a. Kemudahan Akses Administrasi
Jemput bola menghilangkan hambatan jarak, biaya, dan birokrasi. Pelajar tak perlu izin panjang ke kantor kecamatan; identitas cukup direkam di sekolah—praktis dan inklusif.
b. Tingkatkan Partisipasi Pemilih Pemula
Dengan punya KTP-el sejak dini, pelajar lebih siap berpartisipasi dalam pemilu dan layanan publik lain seperti perbankan, pendidikan, SIM. Program ini memfasilitasi identitas legal sejak remaja.
c. Efisiensi Petugas dan Infrastruktur
Meski efektif, jemput bola menuntut petugas mencukupi, peralatan mobile lengkap, dan koordinasi intensif dengan sekolah. Beberapa daerah sudah berinovasi mulai dari SMK ke SLB, merangkul pelajar disabilitas.
Namun tantangan tetap ada: logistik, jadwal sekolah, kesiapan teknis, dan kurasi data. Perlu perencanaan matang dan pendampingan jangka panjang agar hasilnya optimal dan tahan lama.
Kesimpulan & Rekomendasi Berkelanjutan
Program jemput bola perekaman KTP di sekolah jadi terobosan nyata adminstrasi publik. Pelajar dianggap pemula pemerintahan nyata, bukan sekadar pemilih—diberi akses identitas sahih lebih awal, didekatkan dengan birokrasi, dan didukung sistematis.