KPK Bongkar Komunikasi Noel Ebenezer Minta Motor ke Irvian Bobby

KPK Bongkar Komunikasi Noel Ebenezer Minta Motor ke Irvian Bobby

timormedia.org – Kasus dugaan pemerasan pengurusan sertifikasi K3 di Kemnaker hingar bingar usai KPK menetapkan mantan Wamenaker, Immanuel Ebenezer alias Noel, sebagai tersangka. Ia diduga menerima uang Rp 3 miliar dan motor Ducati yang disita sebagai barang bukti. Salah satu fakta mengejutkan: Noel secara halus meminta moge kepada bawahannya. Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.

Kronologi Permintaan ‘Motor Apa yang Cocok untuk Saya?’

Noel tak terang-terangan bilang “belikan saya motor”, melainkan dengan halus mengatakan kepada Irvian Bobby Mahendro (IBM): “Saya tahu kamu main motor besar ya, kalau untuk saya cocoknya motor apa?”.

Perintah (kode) ini langsung dipahami oleh Irvian. Tak lama kemudian, Ducati Scrambler Nightshift dikirim ke rumah anak Noel. Pembelian dilakukan off the road, tanpa dokumen resmi seperti BPKB atau STNK, untuk menutupi sumber dana—ringkasnya modus menyembunyikan korupsi.

Konteks Uang Korupsi & Julukan ‘Sultan’

Tak hanya motor, Noel juga diduga menerima uang tunai sebesar Rp 3 miliar pada Desember 2024 (dua bulan setelah dilantik). Uangnya diduga berasal dari pemerasan sertifikasi K3.

Dalam konteks ini, Noel menyebut Irvian Bobby sebagai “sultan”—menandakan bahwa Irvian dianggap punya akses terhadap uang haram dan mampu memenuhi permintaan serakah tersebut.

Bukti dan Alibi KPK

KPK menyita barang bukti berupa:

  • Satu unit motor Ducati yang awalnya dititipkan di rumah anak Noel dan kini diamankan di Gedung Merah Putih KPK.

  • Uang tunai berupa Rp 3 miliar dan tambahan aset lainnya seperti puluhan mobil dan sepeda motor milik pemerintah yang digunakan oleh para tersangka.

Menurut KPK, praktik pemerasan ini sudah berjalan sejak 2019 dan Noel selaku Wamenaker bukan hanya mengetahui tetapi juga membiarkan dan turut menikmati aliran dana tersebut.

Penutup — Sindiran Korupsi lewat Motor Moge

Metaforanya jelas: Noel “menyamar” minta motor lewat kalimat bersahabat, tapi di situlah tersirat pencurian hak dan kepercayaan publik. RSebuah pengingat pahit bahwa korupsi kadang datang melalui selubung senyuman dan obrolan ringan. KPK membuktikan kalau tidak ada kebohongan yang terlalu rapih untuk terkuak.